
Lensakawanua.Com -AMURANG-_MINSEL_Suasana duka yang mendalam masih menyelimuti Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur. Proyek pembangunan Jalan Boulevard Tiga yang digadang-gadang akan menjadi ikon kemajuan, kini tercoreng oleh tragedi paling memilukan: merenggut nyawa seorang anak tak berdosa.
Seorang bocah laki-laki berusia enam tahun, yang tawa riangnya biasa menghiasi pesisir pantai, ditemukan tewas tenggelam di area proyek beberapa minggu yang lalu. Lokasi yang sebelumnya menjadi surga bermain dan tempat anak-anak sekitar mandi-mandi, dalam sekejap berubah menjadi kubangan maut akibat aktivitas pembangunan yang diduga kuat mengabaikan standar keselamatan.

Menurut kesaksian warga sekitar, area tersebut menjadi sangat berbahaya sejak proyek dimulai. Namun, ironisnya, tidak ada satu pun tanda peringatan, garis pengaman, atau papan larangan yang dipasang oleh pihak kontraktor. Sebuah kelalaian fatal yang akhirnya harus dibayar dengan nyawa.
”Anak-anak tidak tahu kalau tempat itu sudah dalam dan berbahaya. Mereka hanya tahu itu tempat mereka biasa bermain. Seharusnya ada peringatan, ada pagar pengaman. Ini sama saja membiarkan jebakan maut terbuka,” ungkap seorang warga dengan nada geram.
Keceriaan masa kecil yang biasa terdengar di pesisir itu sontak berganti jerit tangis keluarga dan tetangga. Tragedi ini menyisakan luka dan kemarahan di tengah masyarakat yang merasa nyawa anak mereka seolah tak ada harganya di hadapan proyek bernilai miliaran rupiah.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kontraktor pelaksana proyek masih membisu seribu bahasa, seolah lepas tanggung jawab atas insiden mengerikan ini. Sikap diam tersebut semakin menyulut amarah warga yang kini menuntut keadilan.
Tak hanya itu, masyarakat secara terbuka meminta Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Gubernur Yulius Stefanus dan Wakil Gubernur Viktor Mailangkay, untuk tidak menutup mata. Mereka mendesak agar pimpinan proyek dan kontraktor yang bertanggung jawab segera dievaluasi secara menyeluruh dan diberi sanksi tegas.
”Kami minta Bapak Gubernur untuk turun tangan. Jangan biarkan ada korban lagi. Evaluasi kontraktornya! Nyawa anak anak kami tidak bisa diganti dengan proyek apapun,” seru salah seorang warga mewakili suara masyarakat.

Kini, publik menanti langkah konkret dan pertanggungjawaban dari para pihak terkait. Peristiwa tragis di Proyek Boulevard Tiga Amurang ini menjadi pengingat pahit bahwa di balik deru mesin pembangunan, ada nyawa manusia yang wajib dilindungi dengan harga mati.(*1231*Q)

